Jumat, 20 Maret 2009

Potret Basuki Abdullah

Basuki Abdullah


Basoeki Abdullah.

Basoeki Abdullah (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 25 Januari 1915 – wafat 5 November 1993 pada umur 78 tahun) adalah salah seorang maestro pelukis Indonesia. Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan Indonesia, disamping menjadi barang koleksi dari berbagai penjuru dunia.


Masa muda

Bakat melukisnya terwarisi dari ayahnya Abdullah Suryosubro yang juga seorang pelukis dan penari. Sedangkan kakeknya adalah seorang tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia pada awal tahun 1900-an yaitu Doktor Wahidin Sudirohusodo. Sejak umur 4 tahun Basoeki Abdullah mulai gemar melukis beberapa tokoh terkenal diantaranya Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, Yesus Kristus dan Krishnamurti.

Pendidikan formal Basoeki Abdullah diperoleh di HIS Katolik dan Mulo Katolik di Solo. Berkat bantuan Pastur Koch SJ, Basoeki Abdullah pada tahun 1933 memperoleh beasiswa untuk belajar di Akademik Seni Rupa (Academie Voor Beeldende Kunsten) di Den Haag, Belanda, dan menyelesaikan studinya dalam waktu 3 tahun dengan meraih penghargaan Sertifikat Royal International of Art (RIA).

Aktivitas

Lukisan "Kakak dan Adik" karya Basoeki Abdullah (1978). Kini disimpan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.

Pada masa Pemerintahan Jepang, Basoeki Abdullah bergabung dalam Gerakan Poetra atau Pusat Tenaga Rakyat yang dibentuk pada tanggal 19 Maret 1943. Di dalam Gerakan Poetra ini Basoeki Abdullah mendapat tugas mengajar seni lukis. Murid-muridnya antara lain Kusnadi (pelukis dan kritikus seni rupa Indonesia) dan Zaini (pelukis impresionisme). Selain organisasi Poetra, Basoeki Abdullah juga aktif dalam Keimin Bunka Sidhosjo (sebuah Pusat Kebudayaan milik pemerintah Jepang) bersama-sama Affandi, S.Sudjoyono, Otto Djaya dan Basoeki Resobawo.

Di masa revolusi Bosoeki Abdullah tidak berada di tanah air yang sampai sekarang belum jelas apa yang melatarbelakangi hal tersebut. Jelasnya pada tanggal 6 September 1948 bertempat di New York Amsterdam sewaktu penobatan Ratu Yuliana dimana diadakan sayembara melukis, Basoeki Abdullah berhasil mengalahkan 87 pelukis Eropa dan berhasil keluar sebagai pemenang.

Lukisan "Balinese Beauty" karya Basoeki Abdullah yang terjual di tempat pelelangan Christie's di Singapura pada tahun 1996.

Sejak itu pula dunia mulai mengenal Basoeki Abdullah, putera Indonesia yang mengharumkan nama Indonesia. Selama di negeri Belanda Basoeki Abdullah sering kali berkeliling Eropa dan berkesempatan pula memperdalam seni lukis dengan menjelajahi Italia dan Perancis dimana banyak bermukim para pelukis dengan reputasi dunia.

Basoeki Abdullah terkenal sebagai seorang pelukis potret, terutama melukis wanita-wanita cantik, keluarga kerajaan dan kepala negara yang cenderung mempercantik atau memperindah seseorang ketimbang wajah aslinya. Selain sebagai pelukis potret yang ulung, diapun melukis pemandangan alam, fauna, flora, tema-tema perjuangan, pembangunan dan sebagainya.

Basoeki Abdullah banyak mengadakan pameran tunggal baik di dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain karyanya pernah dipamerkan di Bangkok (Thailand), Malaysia, Jepang, Belanda, Inggris, Portugal dan negara-negara lain. Lebih kurang 22 negara yang memiliki karya lukisan Basoeki Abdullah. Hampir sebagian hidupnya dihabiskan di luar negeri diantaranya beberapa tahun menetap di Thailand dan diangkat sebagai pelukis Istana Merdeka dan sejak tahun 1974 Basoeki Abdullah menetap di Jakarta.

Kehidupan Pribadi

Basoeki Abdullah selain seorang pelukis juga pandai menari dan sering tampil dengan tarian wayang orang sebagai Rahwana atau Hanoman. Beliau tidak hanya menguasai soal kewayangan, budaya Jawa di mana ia berasal tetapi juga menggemari komposisi-kompasisi Franz Schubert, Beethoven dan Paganini, dengan demikian wawasannya sebagai seniman luas dan tidak Jawasentris.

Basoeki Abdullah menikah empat kali. Istri pertamanya Yoshepin (orang Belanda) tetapi kemudian berpisah, mempunyai anak bernama Saraswati. Kemudian menikah lagi dengan Maya Michel (berpisah) dan So Mwang Noi (bepisah pula). Terakhir menikah dengan Nataya Narerat sampai akhir hayatnya dan mempunyai anak Cicilia Sidhawati

Basoeki Abdullah tewas dibunuh perampok di rumah kediamannya pada tanggal 5 November 1993. Jenasahnya dimakamkan di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta.

Sejarah Vincent Van Gogh

Vincent Willem van Gogh (ucapan Belanda: [vɪnˈsɛnt vɑnˈxɔx] (30 Maret 185329 Juli 1890) adalah pelukis pasca-impresionis Belanda. Lukisan-lukisan dan gambar-gambarnya termasuk karya seni yang terbaik, paling terkenal, dan paling mahal di dunia. Van Gogh dianggap sebagai salah satu pelukis terbesar dalam sejarah seni Eropa.
Pada masa mudanya Van Gogh bekerja pada sebuah perusahaan penjual karya seni, dan setelah beberapa waktu bekerja sebagai guru, ia melayani sebagai misionaris yang bekerja di wilayah
pertambangan

yang sangat miskin. Ia baru menjadi seniman pada tahun 1880. Mulanya karya-karyanya menggunakan warna-warna yang suram. Baru ketika di Paris ia berjumpa dengan impresionisme dan neo-impresionisme yang warna-warnanya yang lebih cerah dan gaya lukisannya dikembangkannya menjadi sebuah gaya yang unik dan mudah dikenali. Gaya lukisannya ini mencapai tingkat perkembangannya yang penuh ketika ia tinggal di Arles, Perancis.

Awalnya mengikuti tipikal pelukis di zamannya dengan gaya impresionisme. Namun ketidakpuasan terhadap pengekangan ekspresi seni oleh pakem impresionisme membuat ia beralih pada gaya ekspresionisme.

Vincent Van gogh didiagnosa menderita epilepsi yang cukup parah. Diagnosa ini dibuat oleh 2 orang dokter berbeda yang merawatnya. Van Gogh juga pernah memotong telinganya sendiri.

Pada akhir hidupnya, ia merasa dirinya menjadi gila dan akhirnya menghabiskan sisa hidup di R.S. Jiwa Saint Paul-de-Mausole di Saint-Rémy-de-Provence, Perancis. Di R.S. Jiwa Saint Paul-de-Mausole, dia tetap melukis.

Van Gogh dan Alam

Riwayat pelukis kelahiran Belanda ini sudah sangat dikenal, tentang bagaimana ia mengiris telinganya sendiri untuk dipersembahkan kepada seorang pelacur, dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, sehingga tidak perlu diulang secara rinci, kecuali yang berhubungan dengan dua tempat ini: bahwa di Arles, sejak 1888, jauh dari keriuhan metropolis Paris, ia menemukan energi besar untuk terus-menerus melukis, sampai tak kurang sekitar 300 lukisan dalam waktu kurang dari dua tahun. Sedangkan Auvers adalah tempat terakhir ia bermukim, bunuh diri, dan dikuburkan.

Seperti diketahui, di Paris, bersama para seniman yang sudah terkenal, Van Gogh tenggelam dalam kehidupan malam, dan menjadi peminum berat, sehingga kesehatannya pun terganggu. Memang benar bahwa di Paris, tempat karya seni dihargai dan seniman dihormati, Van Gogh yang gagal menjadi pendeta di Belgia menemukan oase bagi gairah hidupnya, yakni berada di tengah kancah seni modern, dalam hal ini Impressionisme, secara langsung. Ia bergaul dengan para eksponen aliran itu: Toulouse-Lautrec menjadikannya model, Pisarro menjelaskan makna Pointillisme, pemilik art shop Tanguy memberikan cat dan kanvas gratis asal dibayar lukisan, berkenalan dengan Degas dan Seurat, serta menjadi akrab dengan Signac, Gauguin, dan Bernard.

Van Gogh yang tidak berpenghasilan, karena lukisannya belum laku, tinggal bersama saudaranya, Theo van Gogh, yang akan menjadi sumber keuangannya sampai mati. Untunglah saudaranya itu, yang bekerja di Goupil Gallery, dan sangat mendukung para pelukis Impressionis, juga mengagumi dan memahami Van Gogh yang masih jauh dari sukses. Celakanya, Vincent van Gogh ternyata memiliki masalah kejiwaan. Orangnya sangat penggugup, dan memang kemudian mengalami depresi. Telah diketahui, sejak masih tinggal di Borinage, Belgia, lukisannya bersuasana sangat kelam. Ia menggambar para petani miskin dengan kehidupannya yang susah, sesuai dengan pendapatnya bahwa seni harus memiliki pesan sosial. Lukisannya, Para Pemakan Kentang yang kegelap-gelapan, sangat mewakili suasana hati Van Gogh yang serba tertekan.

Maka, ketika akhirnya pindah ke Arles pada Februari 1888, Van Gogh bagaikan mengalami pencerahan. Dibandingkan dengan Paris, kota di bagian selatan Prancis yang bermandi matahari itu adalah dunia yang penuh warna. Langit sangat biru, ladang gandum sangat kuning, dan dedaunan sangat hijau, segalanya kontras, seperti menghapus kekelaman dari dunia Van Gogh. Masih tak punya uang, hanya dengan subsidi dari Theo, Van Gogh yang hidup sendirian dengan cara semurah-murahnya dan makan sesedikit-sedikitnya bekerja dengan gila-gilaan. Warna dan pencahayaan yang kuat tersaring ke dalam lukisan-lukisannya, dalam usaha mencari garis yang lebih sederhana, bagi ekspresi yang lebih total, melalui warna, suasana hati, dan perasaan.

Merasa mantap, pada bulan September tahun itu juga ia mengundang teman pelukisnya, Paul Gauguin, yang kelak juga akan sama terkenalnya, untuk datang ke Arles. Ia memiliki gagasan untuk membangun suatu koloni seniman di wilayah selatan Prancis itu. Begitu bersemangatnya ia, sampai pindah sewa rumah untuk menyambut kedatangan Gauguin, disebut Rumah Kuning, yang akan hancur dibom Jerman dalam serbuannya ke Prancis ketika Perang Dunia II.

Namun ternyata keduanya tak cocok. Pesona alam Arles yang menyihir Van Gogh untuk melukis di alam terbuka tak berbunyi bagi Gauguin yang selama ini melukis berdasarkan memori dalam kepalanya sendiri. Disebutkan, pernah terjadi pertengkaran antara mereka berlangsung dalam tingkat ketegangan yang tinggi, sampai Gauguin keluar dari Rumah Kuning, pindah ke hotel; dan malam tanggal 24 Desember itulah Van Gogh mengiris telinga, lantas membawanya ke rumah bordil. Dari sana ia dibawa ke rumah sakit dan terkapar tiga hari tanpa sadar. Itulah "serangan mental" bagi Van Gogh yang pertama.

Peristiwa perginya Gauguin dari Arles, dan kemudian kabar bahwa Theo bertunangan, ternyata memang berpengaruh besar kepada keseimbangan jiwa Van Gogh. Atas kehendaknya sendiri, ia menyerahkan diri ke rumah sakit jiwa di Saint-Remy. Dalam periode ini, ketika jiwanya sedang tenang, ia kembali melukis, di dalam maupun di luar rumah sakit. Kemudian, lukisan-lukisannya ternyata sempat dipamerkan, bahkan sepuluh lukisan yang tergantung di Salon des Independants di Paris, pada Maret 1890, mendapat pujian selangit.

Bulan Mei, ia diperbolehkan menengok Theo yang sudah menikah itu di Paris, lantas di bawah pengawasan Dokter Gachet, dokter jiwa teman pelukis Claude Pisarro, ia tinggal di Auvers-sur-Oise. Namun, sementara semangat melukis segala sesuatu di sekitarnya tetap tinggi, serangan-serangan mental tetap datang jua. Situasi kejiwaan semacam ini disebut-sebut mem-pengaruhi caranya melukis, yakni suatu intensitas kegugupan yang terlihat dari garis dan sapuan kuasnya, yang tampak nyata di mata pemandang lukisannya.

Serangan mental terakhir datang ketika Van Gogh bertengkar justru dengan Dokter Gachet itu. Ia menembak dirinya sendiri pada 27 Juli, dan meninggal dunia dua hari kemudian. Dalam lukisannya yang terakhir, Ladang Gandum dengan Gagak-Gagak, ia tampak seperti telah menggambarkan tempat ia akan bunuh diri, dengan gagak-gagak beterbangan yang mengancam dan jalan kecil di tengah ladang yang menghadang sang pelukis, tetapi tidak menuju ke mana pun. Pada gambar seperti itu, pemandang merasakan emosi dan kualitas ekspresi pelukis, membuatnya mengalami keberadaan tragik Van Gogh, yang tidak mungkin dilakukan pelukis generasi sebelumnya.

Lantas, seperti telah diketahui bersama, ia menjadi begitu masyhur, dengan alasan yang bercampur baur: Apakah karena kedahsyatan lukisannya, ataukah karena riwayat hidupnya yang ajaib.

Lukisan dan ruang

Pengaruh tersebut masih sangat terasa sekarang, seperti disaksikan Intisari di Arles dan Auverssur-Oise itu: Reproduksi lukisannya dipasang sebagai monumen pada tempat ia telah melukis dan memindahkan pemandangan di hadapannya. Maka diandaikan jika seseorang berdiri di depan monumen itu, ia akan juga melihat pemandangan yang disaksikan Van Gogh. Bahkan bisa membandingkannya, seberapa sama dan seberapa berbeda kiranya, lukisan itu dengan pemandangan tersebut pada masa kini.

Adapun yang menarik dari kegiatan ini, agaknya terdapat usaha keras untuk membuat pemandangan di depannya tersebut sama sekali tidak berubah. Dalam seratus tahun lebih, apakah hal itu mungkin? Dalam hal lukisan pemandangan skala kecil, seperti kafe, kebun, taman, kamar, rumah, bahkan yang sebesar gereja, tampaknya bisa dibayangkan bahwa usaha itu memang mungkin. Namun bagaimana dengan pemandangan yang berskala besar, misalnya yang memperlihatkan sungai, jembatan, deretan bangunan, atau ladang-ladang dengan cakrawala luas bagai tak berbatas? Pembenaran apakah kiranya yang membuat suatu perencanaan atas pengembangan lingkungan hidup harus "tunduk" pada gambaran sebuah lukisan, yakni tidak mengembangkannya sama sekali?

Betapapun, pemasangan monumen dengan reproduksi lukisan Van Gogh ini mendorong orang untuk membandingkannya, dan akan merasa tergugah ketika menemukan ketidak-berubahan, tetapi kecewa jika pemandangan di depan lukisan itu berubah, alias tidak sama dengan lukisannya. Mengingat bahwa kesamaan itu tidak alamiah, melainkan usaha manusia untuk "menyama-nyamakan" pemandangan, mulai dari yang hanya satu meter di depan lukisan, sampai ke batas cakrawala (padahal cakrawalanya akan mundur terus), bukankah ini usaha yang membutuhkan kerja sama dan kesepakatan berbagai macam lembaga kekuasaan? Begitu besar usaha demi sebuah lukisan!

Kembali kepada titik temu sejarah dan geografi, poros dimensi vertikal dan horisontal keberadaan manusia, yang pada gilirannya membentuk peruangan sejarah dan produksi sosial ruang, dengan peran kekuasaan, sebagai teori yang sangat abstrak; barangkali boleh kita periksa kebermaknaannya dalam kasus lukisan-lukisan Van Gogh, yang di satu pihak sebagai lukisan telah terwujud berkat keberadaan alam, sebaliknya telah mewujudkan usaha manusia untuk menjaga alam agar tidak berubah, atau berubah tidak terlalu jauh dalam perbandingannya dengan lukisan-lukisan tersebut.

Sejarah kehidupan Van Gogh menjadi sangat berhubungan dengan keberadaan monumen reproduksi lukisan tersebut di tempatnya sekarang; karena setiap lukisan berhubungan dengan situasi kejiwaan tertentu yang sangat dikenal, melalui surat-suratnya yang terus mengalir kepada Theo, dan menjadi faktor penentu legenda tragis kehidupannya, sehingga momen-momen tertentu melatar belakangi lukisan-lukisannya.

Ini hanya terwujud melalui kuasa dalam wacana suatu kebudayaan, yang memberi penghargaan tinggi kepada seseorang yang telah memberikan setiap detik dari hidupnya, untuk suatu kerja keras melahirkan karya, sampai menjadi gila…. Entahlah, apakah ini bisa disebut strategi besar geopolitik kepada taktik kecil dari habitat, tetapi persing-gungan sejarah manusia dan keberadaan alam itu sudah berlangsung dalam kasus lukisan-lukisan Van Gogh.

Sejarah GRAFFITI


GRAFFITI...

Grafiti (juga dieja grafitty atau grafitti) adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng ( pilox).


SEJARAH

Grafiti di Pompeii : Grafiti ini mengandung tulisan rakyat yang menggunakan bahasa Latin Rakyat dan bukan bahasa Latin Klasik.
Kebiasaan melukis di dinding bermula dari manusia primitif sebagai cara mengkomunikasikan perburuan. Pada masa ini, grafitty digunakan sebagai sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.

Perkembangan kesenian di zaman Mesir kuno juga memperlihatkan aktivitas melukis di dinding-dinding piramida. Lukisan ini mengkomunikasikan alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan.

Kegiatan grafiti sebagai sarana menunjukkan ketidakpuasan baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar.

Grafiti pada zaman modern

Grafiti pada Tembok Pemisah Israel di Israel-Palestina.
Adanya kelas-kelas sosial yang terpisah terlalu jauh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu untuk mengekspresikan kegiatan seninya. Akibatnya beberapa individu menggunakan sarana yang hampir tersedia di seluruh kota, yaitu dinding.
Pendidikan kesenian yang kurang menyebabkan objek yang sering muncul di grafiti berupa tulisan-tulisan atau sandi yang hanya dipahami golongan tertentu. Biasanya karya ini menunjukkan ketidak puasan terhadap keadaan sosial yang mereka alami.
Meskipun grafiti pada umumnya bersifat merusak dan menyebabkan tingginya biaya pemeliharaan kebersihan kota, namun grafiti tetap merupakan ekspresi seni yang harus dihargai. Ada banyak sekali seniman terkenal yang mengawali karirnya dari kegiatan grafiti.

Fungsi grafiti

• Bahasa rahasia kelompok tertentu.
• Sarana ekspresi ketidak puasan terhadap keadaan sosial.
• Sarana pemberontakan.
• Sarana ekspresi ketakutan terhadap kondisi politik dan sosial.

Pada perkembangannya, grafiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, grafiti telanjur menjadi momok bagi keamanan kota. Alasannya adalah karena dianggap memprovokasi perang antar kelompok atau gang. Selain dilakukan di tembok kosong, grafiti pun sering dibuat di dinding kereta api bawah tanah.

Di Amerika Serikat sendiri, setiap negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri untuk meredam grafiti. San Diego, California, New York telah memiliki undang-undang yang menetapkan bahwa grafiti adalah kegiatan ilegal. Untuk mengidentifikasi pola pembuatannya, grafiti pun dibagi menjadi dua jenis.

Gang grafiti

Yaitu grafiti yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama gang, gang gabungan, para anggota gang, atau tulisan tentang apa yang terjadi di dalam gang itu.

Tagging graffiti

Yaitu jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Semakin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin terkenallah nama pembuatnya. Karena itu grafiti jenis ini memerlukan tagging atau tanda tangan dari pembuat atau bomber-nya. Semacam tanggung jawab karya.

Metode Dalam Menggambar Objek

Dalam menggambar sebuah objek ada 2 macam teknik atau metode yaitu :

1. Isometri adalah : metode atau teknik menggambar objek yang ukurannya lebih kecil dari manusia.Teknik ini dipakai agar penggambaran objek tidak mengalami distorsi. Secara konstruktif,proporsi semua benda jika disederhanakan berasal dari bentuk kotak atau persegi.

2. Still Life adalah : teknik atau metode menggambar alam dan benda yang ukurannya lebih kecil dari manusia dengan cara melihat dan mengamati objeknyasecara langsung. Teknik Still Life dilakukan dengan cara meletakkan dan mengkomposisikan benda-benda sedemikian rupa kemudian digambar secara langsung. Metode belajar menggambar dengan cara melihat objek bendanya secara langsung lebih efektif jika dibandingkan dengan hanya mengandalkan memori dan imajinasi. Hal ini karena kita secara langsung merasakan keberadaan benda-benda tersebut dan bisa menggambar karakter dan proporsinya secara benar.

Sejarah seni lukis di Indonesia

Sejarah Seni Lukis Di Indonesia

Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa.

Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang dipraktekkan pelukis Belanda.

Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa.

Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak melalui tahapan yang sama.

Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para pelukis kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.

Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.

Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya. Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini.

Perjalanan seni lukis kita sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.

Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang membuahkan seni alternatif, dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan “Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.

Aliran seni lukis

Surrealisme

Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya.

Kubisme

Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.

Romantisme

Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.

Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.

Aliran lain

Abstraksi

Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Abstraksi berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya.

Sejarah Umum Seni Lukis

Zaman prasejarah

Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka.

Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna.

Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.

Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar). Seiring dengan perkembangan peradaban, nenek moyang manusia semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya dalam gambar, maka secara otomatis karya-karya mereka mulai membentuk semacam komposisi rupa dan narasi (kisah/cerita) dalam karya-karyanya.

Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan obyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari obyek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap obyeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam obyek menjadi berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya. Pencitraan ini menjadi sangat penting karena juga dipengaruhi oleh imajinasi. Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi memegang peranan penting hingga kini.

Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup (memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok-tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat dalam jenis obyek, pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa ini, seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai media pencatat (dalam bentuk rupa) untuk diulangkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara komunikasi dengan menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan sistem tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-simbol gambar yang kemudian disederhanakan dan dibakukan.

Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan seni.

Seni lukis zaman klasik

Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:

  • Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
  • Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii),

Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal. Selain itu, kemampuan manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan kesadaran pentingnya keindahan di dalam perkembangan peradaban.

Seni lukis zaman pertengahan

Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas.

Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan "bagus".

Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar" dari benda).

Namun sebagai akibat pemisahan ilmu pengetahuan dari kebudayaan manusia, perkembangan seni pada masa ini mengalami perlambatan hingga dimulainya masa renaissance.

Seni lukis zaman Renaissance

Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ahli sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang.

Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru Eropa.

Seni Rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki.

Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur.

Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:

Art Nouveau

Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan mesin.

Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, akan biaya pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam.